Tren Mobil Listrik BEV di Indonesia Mei 2025 Anjlok
Tren kendaraan listrik berbasis baterai (Battery Electric Vehicle/BEV) di Indonesia yang sebelumnya menunjukkan
pertumbuhan pesat, tiba-tiba mengalami penurunan tajam pada Mei 2025. Data dari Gabungan Industri Kendaraan
Bermotor Indonesia (Gaikindo) mencatat bahwa penjualan BEV secara nasional turun hampir 40% dibandingkan bulan sebelumnya.
Fenomena ini menjadi sorotan banyak pihak, karena sebelumnya pasar BEV sempat digadang-gadang sebagai masa depan otomotif nasional.
Menurut laporan resmi, hanya sekitar 1.300 unit BEV yang terjual pada Mei 2025, jauh lebih rendah dibandingkan dengan bulan
April yang berhasil mencatatkan lebih dari 2.100 unit. Penurunan ini terjadi di hampir semua merek kendaraan listrik
baik yang berasal dari produsen dalam negeri seperti Wuling dan DFSK, hingga merek asing seperti Hyundai dan Tesla.

Tren Mobil Listrik BEV di Indonesia Mei 2025 Anjlok
Faktor Penurunan: Daya Beli dan Harga
Salah satu penyebab utama yang diduga menjadi faktor turunnya penjualan BEV adalah melemahnya daya beli masyarakat.
Harga rata-rata mobil listrik masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan kendaraan bermesin bensin atau hybrid.
Meski ada insentif dari pemerintah seperti subsidi pajak atau pembebasan Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor (BBNKB), ternyata belum cukup untuk mendorong minat beli masyarakat secara signifikan.
Sebagian konsumen yang tertarik mencoba kendaraan listrik mengaku bahwa harga awal yang mahal dan biaya instalasi home charging menjadi kendala utama.
Belum lagi kekhawatiran soal nilai jual kembali dan performa baterai dalam jangka panjang.
Infrastruktur Pengisian yang Belum Merata
Isu lainnya yang turut berkontribusi pada penurunan tren BEV adalah infrastruktur pengisian daya yang belum memadai
terutama di luar Pulau Jawa. Meskipun pemerintah dan beberapa BUMN seperti PLN telah membangun Stasiun
Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), distribusinya masih sangat terbatas.
Banyak calon pembeli yang mengurungkan niat karena merasa tidak yakin akan kemudahan mengisi daya mobil mereka
saat bepergian jauh. Terlebih lagi, waktu pengisian daya yang cukup lama dibandingkan pengisian bahan bakar fosil juga
dianggap tidak praktis bagi pengguna dengan mobilitas tinggi.
Pasar Masih Didominasi Segmen Premium
Hingga saat ini, mayoritas kendaraan listrik di Indonesia masih berada pada segmen menengah ke atas.
Produk seperti Hyundai Ioniq 5, MG4 EV, atau Tesla Model 3 menyasar pasar yang relatif terbatas.
Belum banyak produsen yang berhasil menawarkan BEV dengan harga terjangkau dan fitur komprehensif untuk masyarakat luas.
Beberapa merek seperti Wuling mencoba menawarkan solusi dengan model seperti Wuling Air EV
namun keterbatasan ruang, tenaga, dan fitur menjadi pertimbangan calon pembeli. Dibutuhkan inovasi dari produsen untuk menggabungkan efisiensi harga dan kualitas yang mumpuni agar BEV bisa benar-benar merakyat.
Harapan dari Kebijakan Pemerintah
Pemerintah Indonesia sebelumnya menargetkan 2 juta unit kendaraan listrik mengaspal pada 2030.
Untuk mendukung itu, berbagai kebijakan telah digulirkan, mulai dari insentif fiskal, percepatan pembangunan SPKLU
hingga kolaborasi dengan investor asing untuk membangun ekosistem EV nasional.
Namun, penurunan tren pada Mei 2025 ini menjadi pengingat bahwa regulasi dan insentif saja belum cukup.
Diperlukan pendekatan menyeluruh dari hulu ke hilir, termasuk edukasi publik, dukungan teknologi, dan skema
pembiayaan yang lebih ringan bagi masyarakat.
Baca juga:United Pamer Produk Kalcer Classic Sport di Jakarta Fair 2025
Kesimpulan: Momentum yang Perlu Dikoreksi
Penurunan tren mobil listrik BEV di Indonesia pada Mei 2025 menjadi catatan penting bagi seluruh pemangku kepentingan
baik pemerintah, industri, maupun konsumen. Meski pertumbuhan sebelumnya menunjukkan optimisme, dinamika
pasar membuktikan bahwa adopsi kendaraan listrik masih menghadapi banyak tantangan struktural.
Langkah evaluasi menyeluruh sangat dibutuhkan agar momentum transisi energi bersih tidak terhenti di tengah jalan.
Jika tantangan-tantangan seperti harga, infrastruktur, dan akses pembiayaan bisa diatasi
maka kendaraan listrik tetap memiliki peluang besar untuk mendominasi pasar otomotif nasional dalam beberapa tahun ke depan.
Leave a Reply